Wednesday 19 March 2014

POTENSI LAHAR GUNUNG MERAPI TAHUN 2014

Nampaknya potensi banjir lahar hujan Gunung Merapi masih ada, walaupun erupsinya telah hampir 4 tahun berlalu dan ini membuktikan bahwa bahan tambang pasir dan batu Merapi bersifat renewable (terbarukan). Dulu disaat deposit bahan galian pasir dan batu habis dan tidak layak untuk di tambang (sebelum erupsi) para pencari pasir gelisah karena sulitnya mendapatkan bahan tambang tersebut, pada bulan Oktober Gunung Merapi meletus dahsyat dan memuntahkan bahan galian berupa pasir dan batu yang sangat banyak bahkan mebludak "turah-turah" hingga ibaratnya bahan tambang tersebut diantar sampai kerumah tanpa harus menggali dan membayar sewa angkutan. Sebanyak 150 juta m3 dimuntahkan dari perut gunung pada waktu itu, sebagian mengatakan bencana tetapi sebagian lainya mengatakan berkah. Mereka mengatakan berkah karena pasca erupsi diantara mereka kekayaannya meningkat hingga ratusan juta dari letusan Merapi,, namun bagi yang mengatakan bencana mereka hanya dapat menyaksikan keserakahan penambangan di lereng Merapi, pelaku penambangan tidak mempedulikan efek penambangan yang mereka sebut sebagai normalisasi sungai. Pengerahan alat berat sebagai alat "normalisasi sungai" sebagai aling-aling untuk menambang secara ilegal. Mereka tidak peduli kerusakan lingkungan, kerusakan jalan, mengganggu ketertiban (penambangan 24 jam nonstop), bagi mereka yang penting dapat mengeruk pasir untuk kekayaan pribadi.
 
penambangan ilegal di Keningar kecamatan Dukun Kab. Magelang
Tetapi begitulah adanya, 3 tahun tlah berlalu, material pasir dan batu yang semula membludak "turah-turah" kini habis yang tersisa hanyalah lobang-lobang bekas galian alat berat di alur-alur sungai yang berhulu di Merapi. Kedalaman sungaipun berubah menjadi tambah dalam, sumur-sumur warga yang dekat dengan alur sungai kian turun permukaan airnya, alur sungai berubah karena penambangan banyak yang menggigis tebing. Tanggul pengaman dari pasir dan batu yang dibuat oleh BBWS-O habis tak tersisa dicuri para penambang.

Saat ini total potensi banjir lahar hujan adalah 57,8 juta m3, sedangkan material di alur sungai juga masih cukup banyak, menurut penghitungan dari BPPTKG Yogyakarta yaitu di Kali Gendol pada ketinggian (1621 – 1164) m dpl atau sejauh 3 km diperoleh volume sebesar  4.265.208,5 meter3, Kali Putih pada ketinggian (1530 – 1040) m dpl atau sejauh 5 km volumenya sebesar 1.450.770 meter3,  Kali Senowo padaketinggian (1206 – 810) m dpl atau sejauh 4,2 km volumenya sebesar 2.882.768,1 meter3, Kali Trising pada ketinggian (1490 – 1238) m dpl atau  sejauh 2 km volumenya sebesar 2.011.164,2 meter3 dan Kali Apu dari ketinggian (1330 – 1060) m dpl atau  sejauh 4 km volumenya 5.991.963,16 meter3. Untuk Kali Lamat tidak berpotensi banjir lahar, walaupun terjadi hujan diatas normal hanya akan menghasilkan banjir yang didominasi air. (sumber BPPTKG Vulkanologi).



Saturday 15 February 2014

Potensi Banjir Lahar Dingin Merapi Pasca Erupsi Gunung Kelud

Letusan Gunung Kelud 13 Februari 2014 melontarkan material abu vulkanik sedemikan jauh hingga Jawa Barat, di Provinsi Jawa Tengah yang terguyur abu vulkanik gunung Kelud meliputi Magelang, Boyolali, Purworejo hingga Cilacap dengan ketebalan bervariasi antara 0,5 hingga 1 cm tak terkecuali lereng Gunung Merapi. 

Dengan adanya abu vulkanik yang menyelimuti lereng Merapi mengingatkan kembali akan erupsi Gunung Merapi beberapa tahun silam tepatnya Oktober 2010 dan pasca letusan Merapi, banjir lahar dingin yang di picu oleh abu vuilkanik menyebabkan beberapa cek DAM jebol dan mengubur dusun Gempol desa Jumoyo dan Desa Sirahan. 

Potensi banjir lahar dingin akan terjadi lagi manakala adanya abu vulkanik, karena sifat abu vulkanik adalah sebagai pelicin bagi material-material ikutan. Kolaborasi air hujan dan abu vulkanik akan mampu menghanyutkan pasir dan batu-batuan yang berukuran besar. Abu vulkanik menyelimuti lereng Merapi akibat letusan Gunung Kelud dapat berpotensi menjadi pemicu banjir lahar dingin walaupun tidak sehebat banjir lahar erupsi gunung Merapi karena untuk saat ini material yang ada di sepanjang sungai yang berhulu di Merapi cenderung sudah habis. Belum lagi kubangan-kubangan dalam di alur sungai akibat penambangan menggunakan alat berat yang bisa berfungsi sebagai rem aliran material lahar dingin. Walaupun demikian, potensi tersebut harus tetap di waspadai jika terjadi hujan dengan curah hujan yang tinggi dan berlangsung lama. Kalau hal ini terjadi, banjir lahar dingin dahsyat tetap dapat terjadi karena jumlah kubangan tidak  sebanding dengan material sisa penambangan yang berupa blanthak dan saat ini  tumpukan blanthak berserakan di semua alur sungai yang berhulu di Merapi. Disisi lain tanggul dan bronjong yang dibuat BBWS banyak yang di "gogosi" oleh penambang, bahkan untuk tanggul campuran pasir dan blanthak rata-rata sudah di tambang habis oleh penambang alat berat, hal ini tentunya dapat memperparah keadaan apabila terjadi banjir lahar dingin pasca letusan gunung Kelud.

Salah satu kondisi alur sungai berhulu di Gunung Merapi  yaitu sungai Senowo di Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang, tumpukan blanthak. di alur sungai dapat menjadi mematikan jika hanyut bersama abu vulkanik
Penggogosan oleh penambang alat berat tidak hanya tanggul namun juga tebing-tebing alami juga ikut di gempur untuk diangkut materialnya seperti yang terjadi di sungai Senowo.

Friday 14 February 2014

Hujan Abu Gunung Kelud Menyambangi Merapi

Mungkin ibarat saudara, si Gunung Kelud lagi punya gawe, dia tak melupakan saudaranya si Gunung Merapi, atau ibarat dua pendekar bersahabat, si Kelud mengirim pesan kepada Merapi bahwa si Kelud sedang menjajal ilmu kesaktiannya dengan mengirimkan hasil hantaman ilmunya yaitu berupa abu vulkanik ke Merapi. Ya.. sejak menjelang subuh hujan abu vulkanik letusan Gunung Kelud menghujani lereng Merapi dan baru berhenti sekitar pukul 09.00 pagi, ketebalan abu vulkanik 0,5-1cm di Wilayah Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang. 

Hujan abu kiriman Gunung Kelud mengingatkan warga Merapi pada Oktober 2010, walaupun suasananya tidak mencekam namun hal itu membuat aktivitas warga agak sedikit tergannggu. Sekolah diliburkan, Pasar menjadi sepi, kendaraan menjadi sepi di jumat pagi ini, padahal biasanya jalanan ramai anak sekolah, para pegawai berangkat kerja, namun yang terlihat hanya beberapa truk pengangkut pasir yang lewat. Mataharipun tidak menampakkan diri dari pagi sampai dengan sore karena terhalang kabut yang bercampir dengan abu vulkanik si Kelud.

Thursday 13 February 2014

Emas Hitam Merapi

Pasir Merapi atau sering disebut Emas Hitam Merapi merupakan material bahan galian non logam berasal dari Gunung Merapi. Material ini banyak dibutuhkan untuk keperluan bahan bangunan dan untuk Jawa Tengah merupakan pasir terbaik sebagai bahan bangunan. Tak kurang dari 800 armada truk tiap hari mengambil pasir Merapi baik ada ijin maupun tidak ada ijin penambangan.
Sampai dengan saat ini penambangan pasir Merapi tepatnya di wilayah Kabupaten Magelang rata-rata sudah naik di zona transportasi (istilah zona aliran lahar dingin di sungai yang berhulu di Gunung Merapi), karena di zona hilir material pasir sudah habis. Hal ini berarti penambangan di Merapi sudah kembali seperti sebelum pasca erupsi Merapi. Sungai-sungai yang marak penambangan adalah Sungai Pabelan, Sungai Senowo, Sungai Lamat, Sungai Putih, dan Sungai Bebeng, disamping juga areal persawahan milik warga seperti di Desa Keningar Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang.

Salah satu aktivitas tambang di sungai Senowo Kecamatan Dukun, penambangan membabat tebing sisi timur menggunakan alat berat.
 Gambar diatas membuat kita prihatin dengan aktivitas penambangan yang kurang memperhatikan lingkungan, alat berat di tebing tersebut "nglangsir" material pasir dari tebing ke sungai, alat berat akan turun ke sungai jika jumlah langsiran pasir sudah menumpuk di bawah kemudian dimasukan ke truk pengangkut, dan setelah tumpukan pasir di sungai habis alat berat akan naik lagi ke tebing untuk mengeruk tebing lagi. 





Thursday 16 January 2014

Mengintip Potensi Bahan Tambang di Kabupaten Magelang



 Kabupaten Magelang merupakan salah satu kabupaten di propinsi jawa tengah yang letaknya antara 110o 01’51”dan 110o 26’58” Bujur Timur dan antara 7o 19’ 13” dan 7o 42’ 16”  lintang selatan. Kabupaten Magelang mempunyai luas wilayah 108.573 Ha Dengan luas yang terbesar adalah kecamatan Kajoran ,yaitu 8,341 Ha atau 7,68% dari luas Kabupaten Magelang secara keseluruhan.Sedangkan luas wilayah terrendah adalah kecamatan Ngeluwar,luas wilayahnya  sebesar 2.244 Ha atau 2,06% dari luas Kabupaten Magelang secara keseluruhan

Kabupaten Magelang berada di cekungan sejumlah rangkaian pegunungan. Di bagian timur terdapat Gunung Merbabu (3.141 meter dpl) dan Gunung Merapi (2.911 m dpl). Di bagian barat terdapat Gunung Sumbing (3.371 m dpl). Di bagian barat daya terdapat rangkaian Bukit Menoreh. Pada bagian tengah mengalir Sungai Progo beserta anak-anak sungainya menuju selatan. Di Kabupaten Magelang juga terdapat Kali Elo yang membelah dua wilayah ini

 Jenis tanah batuan gunung api  Kabupaten Magelang terdiri dari batuan sedimen, batuan gunung api, batuan beku terobosan dan merupakan formasi andesit tua Merbabu, dan Gunung Sumbing lereng dan puncak gunung api tersebut terdiri dari breksi andesit. Formasi ini menempati sisi batuan gunung api merupakan dan Borobudur bagian selatan. Batuan ini mengandung potensi Sumbing, dan Merbabu. Sebaran batuan andesit.

Gunung Merapi yang sebagian masuk wilayah Kabupaten Magelang di sisi barat menghasilkan bahan tambang yang dapat dikatakan renewable (terbarukan), karena tiap kali habis di tambang ketika erupsi Merapi yang mempunyai fase pendek yaitu 4 - 5 tahunan akan mengeluarkan bahan tambang berupa pasir dan batu. Bahan tambang ini merupakan salah satu bahan pokok untuk berbagai macam bangunan dan prosesnya sangat mudah sehingga banyak masyarakat Magelang yang melakukan aktivitasnya sebagai penambang pasir dan batu di lereng Merapi, hal ini sudah dilakukan secara turun temurun.

Selain pasir dan batu Merapi ternyata Kabupaten Magelang masih menyimpan bahan tambang lain yang tersebar di berbagai wilayah kecamatan di antaranya:
  1. Tanah liat (di Kecamatan Salam, Salaman, Mertoyudan, Secang dan Grabag)
  2. Tanah urug  (di Kecamatan Pakis dan Sawangan) 
  3. Oker (di Desa Giripurno Kecamatan Borobudur) seluas + 4.800 m2
  4. Trass (di Desa Ngadiharjo Kecamatan Borobudur) seluas + 5.872 m2
  5. Diorit (di Kecamatan Grabag) seluas + 6.750 m2
  6. Kaolin (di Desa Karanganyar Kecamatan Borobudur) seluas + 1.200 m2
  7. Andesit (di Kecamatan Windusari dan Borobudur) seluas + 85.000 m2
  8. Marmer (di Kecamatan Borobudur dan Salaman) seluas + 18.000 m2
  9. Mangaan (di Desa Giripurno Kecamatan Borobudur) jumlahnya hanya sedikit sekali
  10. Emas (di Desa Ngadirojo Kecamatan Salaman) luasan belum diketahui, perlu di teliti lebih lanjut.

Bahan tambang tersebut yang sudah di exploitasi adalah Marmer (PT.Margola) dan  tanah liat (home industri pembuatan batu-bata).

Dikarenakan semua kekayaan alam beserta isinya dikuasai negara untuk kemakmuran rakyat (seperti di pasal UUD 1945) maka seluruh kegiatan penambangan hendaknya mengantongi izin dari negara yang di  Kabupaten Magelang tentunya semua kegiatan penambangan harus mendapat izin dari Bupati.

Sumber: Wikipedia, Sebaran Potensi  Bahan Galian Kabupaten Magelang Tahun 2005