Nampaknya potensi banjir lahar hujan Gunung Merapi masih ada, walaupun erupsinya telah hampir 4 tahun berlalu dan ini membuktikan bahwa bahan tambang pasir dan batu Merapi bersifat renewable (terbarukan). Dulu disaat deposit bahan galian pasir dan batu habis dan tidak layak untuk di tambang (sebelum erupsi) para pencari pasir gelisah karena sulitnya mendapatkan bahan tambang tersebut, pada bulan Oktober Gunung Merapi meletus dahsyat dan memuntahkan bahan galian berupa pasir dan batu yang sangat banyak bahkan mebludak "turah-turah" hingga ibaratnya bahan tambang tersebut diantar sampai kerumah tanpa harus menggali dan membayar sewa angkutan. Sebanyak 150 juta m3 dimuntahkan dari perut gunung pada waktu itu, sebagian mengatakan bencana tetapi sebagian lainya mengatakan berkah. Mereka mengatakan berkah karena pasca erupsi diantara mereka kekayaannya meningkat hingga ratusan juta dari letusan Merapi,, namun bagi yang mengatakan bencana mereka hanya dapat menyaksikan keserakahan penambangan di lereng Merapi, pelaku penambangan tidak mempedulikan efek penambangan yang mereka sebut sebagai normalisasi sungai. Pengerahan alat berat sebagai alat "normalisasi sungai" sebagai aling-aling untuk menambang secara ilegal. Mereka tidak peduli kerusakan lingkungan, kerusakan jalan, mengganggu ketertiban (penambangan 24 jam nonstop), bagi mereka yang penting dapat mengeruk pasir untuk kekayaan pribadi.
Tetapi begitulah adanya, 3 tahun tlah berlalu, material pasir dan batu yang semula membludak "turah-turah" kini habis yang tersisa hanyalah lobang-lobang bekas galian alat berat di alur-alur sungai yang berhulu di Merapi. Kedalaman sungaipun berubah menjadi tambah dalam, sumur-sumur warga yang dekat dengan alur sungai kian turun permukaan airnya, alur sungai berubah karena penambangan banyak yang menggigis tebing. Tanggul pengaman dari pasir dan batu yang dibuat oleh BBWS-O habis tak tersisa dicuri para penambang.
Saat ini total potensi banjir lahar hujan adalah 57,8 juta m3, sedangkan material di alur sungai juga masih cukup banyak, menurut penghitungan dari BPPTKG Yogyakarta yaitu di Kali Gendol pada ketinggian (1621 – 1164) m dpl atau sejauh 3 km diperoleh volume sebesar 4.265.208,5
meter3, Kali Putih pada
ketinggian (1530 – 1040) m dpl atau sejauh 5 km volumenya sebesar 1.450.770 meter3, Kali Senowo padaketinggian (1206 – 810) m dpl atau
sejauh 4,2 km volumenya sebesar 2.882.768,1 meter3, Kali Trising pada ketinggian (1490 – 1238) m dpl atau
sejauh 2 km volumenya sebesar 2.011.164,2 meter3 dan Kali
Apu dari ketinggian (1330 – 1060) m dpl atau
sejauh 4 km volumenya 5.991.963,16 meter3. Untuk Kali Lamat tidak berpotensi banjir lahar, walaupun terjadi hujan diatas normal hanya akan menghasilkan banjir yang didominasi air. (sumber BPPTKG Vulkanologi).