Showing posts with label geowisata. Show all posts
Showing posts with label geowisata. Show all posts

Wednesday 1 May 2013

Kuliner Murah Wareg Bergizi di Borobudur Magelang

Pernah makan pecel lele? atau gurami bakar? atau ayam bakar? itu sudah umum, tapi apakah anda pernah mencicipi ikan Beong? dimasak pedas lagi..., masakan tersebut bisa anda temukan di Rumah Makan Beong atau Warung Makan Selera Pedas Ndas Beong yang terletak di Jalan Diponegoro km.3 Kembanglimus Borobudur Magelang, tepatnya kurang lebih 3 km arah barat Candi Borobudur.
Halaman Warung Makan Beong di Kembanglimus Borobudur Magelang

Menu utama rumah makan ini adalah mangut ikan Beong pedas, memang benar-benar pedas. Bagi anda yang gemar masakan pedas pas jika kebetulan lewat atau berkunjung ke Candi Borobudur mampir ke rumah makan ini. Perlu di ketahui Ikan Beong adalah ikan yang hidup liar di Sungai Progo, dagingnya pulen dan gurih tidak banyak durinya sehingga anak-anak pun akan senang makan ikan ini. Banyak juga pejabat yang menjadi langganan Warung Makan ini.
Nama lain Warung Makan Beong, yaitu Selera Pedas

Untuk harga, sudah pasti pas untuk kantong kita, satu porsi hanya Rp. 15.000,-. Disamping itu juga tersedia aneka minuman, mulai dari teh manis hingga juice tersedia, makanan ringan seperti kerupuk pedas, tahu susur juga tersedia, sehingga sambil menunggu hidangan anda dapat menikmati aneka makanan ringan yang tersedia.
Ikan Beong yang sudah siap di santap


Nah sudah kenyang kan?? sekarang silahkan lanjutkan perjalanan anda, atau masih ingin berlama-lama di Borobudur juga di persilahkan, karena sudah banyak obyek wisata yang dikembangkan di sekitar candi Borobudur seperti Punthuk Setumbu, Taman Anggrek, Museum Lukisan dan masih banyak lagi. Oiya rencana juga akan dikembangkan obyek wisata petualangan (treking) Geowisata Bukit Menoreh, kita tunggu saja deh.

Friday 18 January 2013

Menunggu Sunrise di Punthuk Setumbu Desa Karangrejo Borobudur Magelang


Mengikuti kunjungan Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Energi dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Magelang dan Jajaran dari Kantor Pengadilan Tinggi Kabupaten Magelang dalam hiking bersama ke Punthuk Setumbu Desa Karangrejo Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang Propinsi Jawa Tengah.
Punthuk Setumbu merupakan sebuah perbukitan kapur di Desa Karangrejo Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang, yang mulai tahun 1999 oleh Pemerintah Desa Karangrejo dikelola menjadi Wisata Alam pemandangan Sunrise pagi hari dengan lanscape Candi Borobudur.  

Jalan menuju lokasi ini cukup mudah, bagi wisatawan domestik maupun mancanegara akan dengan mudah menemukan lokasi ini. Karena letaknya ada di sebelah barat Candi Borobudur, kalau anda dari Candi Borobudur langsung ke arah barat jalur menuju ke Salaman, tepat di Desa Ringinputih ambil ke kiri dan sudah ada papan nama menuju ke lokasi. Disepanjang perjalanan anda akan disuguhi pemandangan pedesaan, lengkap dengan aktivitas pertanian penduduk, jalan beraspal yang tidak terlalu lebar akan menghantarkan anda ke Punthuk Setumbu. Jarak dari Candi Borobudur sampai lokasi hanya membutuhkan 15 menit, atau sekitar 4- 5 km.
Jalan Borobudur - Salaman
 Jika anda menggunakan kendaraan roda 4 atau lebih, tempat parkir juga tersedia di pintu masuk dusun, dan untuk sampai ke pos/sekretariat pengelola wisata desa Karangrejo harus jalan kaki dengan jarak 50 meter dengan jalan menanjak, tapi tenang,,jalan sudah bagus, di beton sehingga kaki tidak akan capek.
salah satu jalur menuju Punthuk Setumbu
 Bagi anda yang bersepeda motor dapat langsung parkir di Sekretariat Pengelola Wisata.
Bagi yang ingin menginap di Desa Karangrejo banyak bertebaran homestay yang siap untuk anda beristirahat. Barangkali anda sampai di Desa ini pada sore hari dan akan menyaksikan pemandangan Sunrise di Punthuk Setumbu di pagi harinya maka sangat tepat anda memilih menginap di homestay.
areal parkir kendaraan roda 4 belum cukup memadai, namun dijamin aman
 Wisata alam di daerah ini sangat potensial dikembangkan menjadi paket wisata geotrek, karena selain pemandangan alam yang indah, keanekaragaman hayati, sejarah perjuangan kemerdekaan masa lalu, sejarah purbakala dan sejarah geologinya juga menarik untuk dipelajari. Dalam postingan saya terdahulu dengan judul  Menggali Potensi Geowisata di DesaNgargoretno , telah sedikit memberikan gambaran tentang keadaan kegeologian di barisan perbukitan antara Borobudur hingga Salaman yang merupakan termasuk rangkaian pegunungan Menoreh. Alasan lain, untuk menikmati sebuah pemandangan alam berbasis geologi tidak akan cukup dalam satu atau dua hari kunjungan, minimal tiga hari menetap di lokasi. Apalagi andai geotrek sudah dimasukkan dalam paket wisata, maka akan menarik untuk di ikuti.

Sekretariat Pengelola Wisata Alam Punthuk Setumbu Desa Karangrejo

start dari Sekretariat Wisata Alam Punthuk Setumbu
 Untuk masuk ke Punthuk Setumbu ini setiap pengunjung dikenakan biaya masuk sebesar Rp. 15.000,-  Setelah bayar di loket, pengunjung bisa langsung naik ke lokasi dengan jalan kaki menyusuri jalan setapak dengan waktu tempuh sekitar 10 menit.


hiking menuju lokasi, lumayan untuk olah raga.
 Sekitar 10 meter dari pos sekretariat, terdapat bungalow untuk istirahat pengunjung sekedar ber foto atau melihat candi Borobudur dari kejauhan, ditempat ini juga sering di gunakan untuk melihat sunrise pagi hari.



Jalan setapak masih berupa tanah dibuat berundak. Pengunjung diharapkan mengenakan sepatu anti selip, karena licin apalagi di musim hujan, maklum tanah disini adalah campuran tanah liat (dominan) dengan tanah kapur.


 Setelah sampai di lokasi Punthuk Setumbu, anda dapat beristirahat di bungalow yang disediakan oleh pengelola. Terdapat 2 bungalow dan 1 MCK (bangunan permanen), selain itu juga disediakan beberapa tempat duduk yang terbuat dari bambu.

Candi Borobudur bagaikan teratai di tengah rawa-rawa terlihat dari Punthuk Setumbu (klik untuk memperbesar gambar)

Punthuk Setumbu ramai dikunjungi pada akhir pekan mulai hari Jumat - Minggu, rata-rata pada waktu pagi hari sekitar pukul 05.00 WIB sudah berada di Punthuk Setumbu, hal ini karena ingin menyaksikan sekaligus ber foto ria dengan pemandangan sunrise pagi hari dengan background lanscape Candi Borobudur.




perjalanan turun dari punthuk, pikiran fresh jantung pun sehat
Mudah-mudahan ke depan dapat diwujudkan wisata alam yang lebih luas di daerah Borobudur  - Salaman dalam bentuk Geowisata ataupun Geotrek, sehingga potensi yang ada di daerah ini dapat dimaksimalkan untuk mengangkat perekonomian rakyat setempat, dan imbal baliknya masyarakat dapat ikut memelihara potensi sumber daya alam yang mempunyai keterkaitan dengan sejarah masa lampau di wilayah Kabupaten Magelang ini.

Informasi lengkap tentang Punthuk Setumbu dapat di akses melalui:









Saturday 12 January 2013

MISTERI WATU JEPANG DI SUNGAI BEBENG MAGELANG

Watu Jepang atau Watu Gedhe merupakan sebongkah batu berukuran besar sebesar rumah hasil erupsi gunung Merapi tahun entah kapan, dikatakan demikian karena warga setempat tidak mengetahui kapan batu berukuran besar tersebut sampai di wilayah Desa Kaliurang Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang Propinsi Jawa Tengah.
Dinamakan Watu Jepang karena batuan tersebut oleh orang Jepang pada tahun 1991 di pahat membentuk seperti prasasti, berukir membentuk spiral-spiral di seluruh tubuh batu tersebut yang sampai sekarang orang setempat tidak tahu akan makna yang terkandung. Pada saat selesai pemahatan di lakukan ritual sesaji oleh orang Jepang di sekitar batu tersebut.
Batu tersebut tepat di sebelah timur Sungai Bebeng masuk di wilayah Desa Kaliurang Kecamatan Srumbung. Dilokasi tersebut juga berdekatan dengan DAM pengendali banjir  sekaligus juga untuk titik pantau para relawan pemantau banjir lahar dingin sungai Bebeng.
Konon menurut cerita warga setempat Watu Jepang tersebut merupakan tonggak/tanggul mistik bagi aliran lahar dingin dan awan panas dari Gunung Merapi, hal ini di buktikan pada erupsi Merapi yang menerjang Dusun Jombong Desa Sudimoro namun Desa Kaliurang tidak kena terjangan awan panas padahal Desa Kaliurang berada di atas Dusun Jombong.

Pada erupsi gunung Merapi tahun 2010 lalu, ada warga Desa Kaliurang yang diprimpeni agar lokasi Watu Gedhe dibersihkan agar tidak pindah, karena kalau Watu Jepang tersebut sampai pindah maka Desa Kaliurang akan terancam banjir lahar dingin. Dan saat itu juga dilakukan bersih-bersih di Watu Jepang dan dilakukan mujadahan oleh warga setempat.

Namun yang betul adalah semua karena Sang Pencipta, bukan karena batu ini batu itu sehingga banjir tidak menerjang. Tapi itulah tipu daya yang dilakuan oleh syaitan untuk nggolek wadyo bolo menungso untuk menemani bangsa mereka di neraka. (walah malah seperti ustadz... wekekekekekek)

berikut beberapa potong relief spiral yang ada di batu tersebut






Friday 2 March 2012

DIKLAT GEOWISATA

Geowisata, dilihat dari namanya sangat menarik karena berkaitan dengan wisata, didepannya tercantum Geo..., berarti bumi. Kalau orang yang bergelut di bidang geo geo pasti sudah tidak asing tetapi bagi orang awam pasti timbul pertanyaan apa sih Geowisata?. Mungkin bagi wong ndeso malah diplesetkan menjadi guawisata hehehe.
Diklat Geowisata diselenggarakan oleh Pusdiklat Geologi Bandung selama 6 hari, dengan total materi yang diajarkan sebanyak 5 materi plus Praktek Lapangan yaitu:
  1. Pengembangan Geotrek ---- T. Bachtiar (Masyarakat Geografi dan Kelompok Riset Cekungan Bandung)
  2. Teknik Penyusunan Informasi Geowisata
  3. Keanekaragaman Geologi dan Pengenalan Geopark --- Ir. Oki Oktariadi, M.Sc (Penyelidik Bumi Madya PUSDAT dan Geologi Lingkungan)
  4. Warisan Geologi dan Cagar Alam Geologi
  5. Praktek Lapangan -- dilaksanakan di Gunung Padang dan Cipanas
Barangkali perlu saya cuplik materi penting yang disampaikan dalam diklat ini:
  1. FOTOGRAFI
Ibarat barang dagangan sebuah objek wisata perlu adanya promosi, sehingga akan diketahui keberadaan tempat wisata tersebut, promosi bisa dengan berbagai cara, bisa dari mulut ke mulut, dari koran majalah, dari radio, atau bisa juga melalui media lain. Dan semua itu tidak bisa lepas dari pengambilan gambar dari lokasi wisata yang akan dipromosikan. Gambar/foto yang baik tentunya mempunyai kriteria-kriteria khusus agar yang melihat foto tersebut seolah-olah hanyut dalam imajinasi dan membayangkan objek dalam foto, singkatnya sebuah foto yang baik adalah yang mampu bercerita tentang keberadaan objek dalam foto tersebut.
Arum Tresnaningtyas Dayuputri
Dasar-dasar fotografi yang paling penting dan harus diketahui oleh seorang juru foto adalah Diafragma, Rana dan ISO.
Diafragma adalah pengaturan cahaya yang masuk ke lensa, Rana adalah  atau Shutter Speed adalah ukuran kecepatan rana membakar medium penangkap cahaya sedangkan ISO secara definisi  adalah ukuran tingkat sensifitas sensor kamera terhadap cahaya. Semakin tinggi setting ISO kita maka semakin sensitif sensor terhadap cahaya. Namun walaupun demikian banyak kamera yang sudah menyediakan seting automatic, namun terkadang untuk kondisi tertentu seorang fotografer harus menyeting secara manual agar gambar yang dihasilkan memuaskan.

Salah satu metode pengambilan gambar foto adalah EDFAT ( Entire, Detail, Frame, Angle, Time)

Entire adalah sebuah foto yang diambil secara keseluruhan dari sebuah peristiwa, biasanya diambil oleh fotografer pada waktu sampai di lokasi pertama kali.

Detail adalah sebuah foto yang diambil satu persatu bagian dari sebuah lokasi

Frame adalah Suatu tahapan dimana kita mulai membingkai suatu detil yang telah dipilih, jadi fokus object biasanya terletak di tengah yang di bingkai dengan object lain dalam satu pemotretan.

Angle adalah tahap dimana sudut pandang menjadi dominan, ketinggian, kerendahan, level mata, kiri, kanan dan cara melihat. Fase ini penting mengkonsepsikan visual apa yang diinginkan

Time adalah tahap penentuan penyinaran dengan kombinasi yang tepat antara diafragma dan kecepatan atas ke empat tingkat yang telah disebutkan sebelumnya. Pengetahuan teknis atas keinginan membekukan gerakan atau memilih ketajaman ruang adalah satu prasyarat dasar yang sangat diperlukan.

2.  PENGEMBANGAN GEOTREK
Dari bahasanya Geotrek barangkali berarti berjalan menyusuri bumi (geo), namun dalam geotrek wisata berarti menyusuri tempat-tempat yang mempunyai nilai ilmu pengetahuan keanekaragaman sumberdaya hayati dan sumberdaya geologi.
Di Indonesia yang merupakan salah satu negara yang dilalui cincin api yaitu tumbukan tiga lempeng besar membuat negara kita memiliki fenomena alam yang beraneka ragam, mulai dari fenomena alam yang berdampak positif  seperti bentang alamnya yang beraneka bentuk, batuan dan mineral yang beraneka macam dan fenomena yang berdampak negatif seperti bencana alam yang selalu mengancam negeri kita. Keragaman  yang luar biasa merupakan peluang besar dalam pengembangan geowisata/geotrek.
Geodiversity adalah gambaran dari keragaman komponen geologi berukuran makro sampai mikro (terdiri dari bentang alam, struktur geologi, singkapan batuan, mineral, fosil dan lain-lain), inventarisasi geodiversity sangat diperlukan untuk memberikan informasi kepada kita untuk memahami bagaimana planet kita telah berubah dari waktu ke waktu dan bagaimana kehidupan berevolusi.

Objek Geotrek
Geowisata  adalah kegiatan wisata yang berbasis fenomena kebumian yang memiliki nilai keindahan, keunikan dan kelangkaan. Tiga syarat nilai tersebut di Indonesia jumlahnya sangat banyak diantaranya gunung, lembah, sungai, bukit, air terjun, kars, pantai, danau, gua, mata air dan sebagainya

Prinsip-prinsip Geotrek
  • Meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif
  • Melibatkan masyarakat lokal
  • Memberikan kontribusi positif bagi konservasi warisan alam dan budaya
  • Memberikan pangalaman lebih menyenangkan bagi peserta
  • Sensitif secara budaya.
Geotrek merupakan salah satu alternatif pengelolaan wisata berbasis pemanfaatan sumberdaya alam secara aman dan lestari. Peserta Jelajah Geotrek memerlukan informasi, sehingga inventarisasi geodiversity perlu di kemas dalam bentuk poster lipat, brosur, buku panduan, papan informasi di lokasi geotrek. Perlu juga dibuatkan infrastruktur untuk geotrek yang aman dan melibatkan ahli lanskap dalam penataan suatu kawasan.
Dalam pelaksanaanya masyarakat lokal harus dilibatkan sehingga mereka menjadi bagian dari kegiatan geotrek, dengan cara itu mereka akan merasakan manfaat dari kegiatan geotrek sehingga timbul kecintaan akan alam disekitar mereka. Selain itu dari segi ekonomi juga merasakan, kebanggaan karena dilibatkan dan adanya pengakuan yang memberi dampak penduduk setempat akan memelihara warisan geologi tersebut untuk diwariskan lagi kepada generasi yang akan datang.

Diklat diikuti oleh 22 orang peserta dari berbagai instansi pemerintah di seluruh Indonesia, diharapkan setelah mengikuti diklat ini peserta dapat mengembangkan potensi geowisata di daerah mereka masing-masing.

foto-foto praktek lapangan menyusul yak, soalnya baru besok dilaksanakan...hihihihi

untuk proses KOMPONEN DAN KRITERIA KAWASAN CAGAR ALAM GEOLOGI PADA PP NO.26 TAHUN 2008 TENTANG RTRWN dapat di download di sini 

untuk materi sebenarnya mo saya upload, tp karena filenya besar mencapai ratusan mega, maka mohon mav ga bisa saya upload