Monday, 27 February 2012

KiLAS BALIK LETUSAN MERAPI 2010

Gunung Merapi yang terletak di Jawa Tengah dan berada di wilayah Kabupaten Magelang, Sleman, Boyolali dan Klaten merupakan salah satu gunung api teraktif didunia dan masuk dalam kategori 10 gunung api paling berbahaya di dunia. Letusan-letusan besar yang pernah terjadi sudah memakan korban hingga ribuan jiwa. Bulan September 2010 Merapi kembali menunjukkan keaktivannya dengan letusan dahsyat selama hampir satu minggu, memuntahkan 150 juta meter kubik material dengan jangkauan abu vulkanik hingga mencapai Ciamis Jawa Barat.
Berikut catatan perjalananku sebagai warga lereng Merapi tepatnya di wilayah Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang Propinsi Jawa Tengah dengan radius 14km dari puncak Merapi.
Letusan diawali pada tanggal 25 Oktober 2010 sekitar menjelang magrib terdengar seperti guntur, saya kira hanya halilintar karena waktu itu memang langit mendung dan gerimis sehingga gunung Merapi tidak kelihatan karena tertutup mendung tetapi selang beberapa saat bau belerang begitu menyengat, walau begitu kondisi masyarakat di sekitarku belum ada yang mengungsi.
Letusan kedua terjadi Rabu dinihari sekitar pukul 00.35 WIB terdengar bunyi gemuruh sebanyak 2 kali, waktu itu dari jam sepuluhan malam saya sudah beranjak untuk tidur, tapi entah kenapa mata tidak mau terpejam, hanya berguling kanan kiri badan ini hingga berkeringat karena suhu udara memang terasa panas. Karena tidak bisa tidur saya pun ke ruang tengah untuk nonton TV dan menjelang dinihari terdengarlah letusan itu. Lagi-lagi saya tidak mengira gemuruh tersebut adalah suara gunung meletus, saya kira suara truk yang akan lewat depan rumahku, sayapun keluar ke teras ternyata sepi-sepi saja, saya terus masuk lagi untuk nonton tv. Letusan kedua terdengar lagi, saya semakin penasaran sehingga saya keluar sampai ke halaman dan ketika menengok ke arah langit ternyata terlihat asap bergumpal-gumpal berwarna merah kehitaman pekat tepat di atas rumahku, sontak saya teriak-teriak “gununge njeblug-gununge jebluk!!”. Tetangga banyak yang ngumpul di sekitar rumahku, dan beberapa saat kemudian warga desa diatas kampungku berlarian menjauh dari radius bahaya hingga warga di kampungku juga ikutan lari menjauh, namun setelah subuh menjelang warga kembali ke rumahnya masing-masing.
Merapi istirahat, setelah seminggu berlalu hari Rabu sore sekitar habis isya’ terdengar lagi letusan keras bergemuruh disertai hujan gerimis, sesaat kemudian dari arah puncak Merapi terlihat petir menyambar-nyambar. Kali ini warga di kampungku panik karena suara gemuruh secara terus menerus tanpa henti. Hingga sekitar pukul 22.00 WIB listrik di sekitar wilayah Srumbung padam bersamaan dengan petir yang menyambar-nyambar, malam kian mencekam hujan abu dan pasir mengguyur hingga pagi hari tanpa henti dan menyulap pemandangan dikampungku menjadi lautan debu vulkanik.
Sekitar pukul 10.00 WIB hujan mulai turun kadang lebat kadang hujan ringan sampai sore tidak berhenti sehingga terjadi banjir lahar dingin, dan sepertinya itulah banjir lahar dingin untuk pertama kali di erupsi Merapi 2010 di sungai Putih, berikut videonya

Sehabis magrib malam Jumat, warga di kampungku memutuskan untuk mengungsi ke Desa Kradenan (desa di selatan kampungku berjarak 15 km dari puncak). Hujan abu vulkanik makin deras dari pukul 22.00 WIB hingga pukul 01.00 WIB Merapi makin mengamuk, letusan dahsyat kembali terdengar, suara gemuruh tiada henti semalaman, bukan hanya debu vulkanik tetapi butiran kerikil terdengan menghantam genteng-genteng rumah, suara bambu dan pepohonan yang patah dan roboh semakin membuat suasana makin mencekam, persis suasana perang ataupun penyergapan teroris, thar...thor...gelethak...!! terus menerus terdengar belum lagi suara gemuruh seperti suara letusan mesiu, Merapi benar-benar menunjukkan kekuatannya. Sekitar pukul 08.00 WIB kami beserta warga memutuskan untuk pindah pengungsian, tetapi belum tahu dimana warga kampungku menuju, yang penting menjauh menuju radius aman.

Begitulah pengalamanku menjadi salah satu saksi kedahsyatan Merapi, walaupun di Wilayah Kecamatan Srumbung tempat tinggalku hanya terkena dampak letusan berupa hujan abu dan pasir vulkanik, namun kepanikan luar biasa menunjukkan betapa kecilnya kuasa manusia dibanding kuasaNya. Mudah-mudahan di fase-fase letusan mendatang Merapi lebih bersahabat, walaupun dalam catatan sejarah pernah terjadi letusan besar dan pada 4 kali letusan di fase 4-5 tahunan juga masih terjadi letusan besar dan explosif. Tetapi semuanya kita serahkan kepada Allah SWT, kita sebagai manusia hanya bisa berserah diri dan berdoa.