Pesta demokrasi terbesar di Indonesia tinggal hitungan jam menuju puncaknya, ya.. besok tanggal 17 April 2019 rakyat Indonesia akan memilih pemimpin untuk masa 5 tahun mendatang. Dua kandidat Calon Presiden sudah berusaha keras selama masa kampanye untuk meyakinkan rakyat untuk memilihnya. Hiruk pikuk masa pendukung kedua calon ikut meriuhkan suasana semenjak kedua Capres di deklarasikan dengan masing-masing argumentasinya, berusaha mencari titik lemah masing-masing untuk menjatuhkan lawan.
Kedua pasangan capres masing-masing berbasis masa nasionalis-agamis, perbedaanya kalau Jokowi-Makruf lebih dominan agamisnya dari warga nahdhiyin sedangkan Prabowo-Makruf basis masa agamisnya cenderung merata artinya warga nahdhiyinnya juga tidak bisa dibilang sedikit.
Pilpres 2019 dirasakan lebih keras intriknya dibandingkan dengan Pilpres 2014, sangat terasa sekali dengan komentar-komentar di media sosial antara kedua kubu pendukung, bahkan sudah menelan korban jiwa. Saling sikut, saling ejek, saling hina menjadi hal biasa dalam berebut dukungan.
Puncak pesta demokrasi di negeri ini akan segera berakhir, pemenangnya adalah tergantung masing-masing pendukung, akankah dapat saling berjabat tangan, berangkulan, bergandeng tangan kembali dan mengakui kemenangan lawan atau mengakui kekalahannya? Kita sebagai warga negara yang baik hendaknya bisa bersifat gentleman sehingga layak di katakan pemenang sesungguhnya.
Dan sesungguhnya bukan Jokowi atau Prabowo yang memenangkan kompetisi ini, tetapi KITA, RAKYAT INDONESIA yang mau mengakui kekalahan atau menjalani kemenangan dengan merangkul semua elemen bangsa untuk bersama-sama membangun negeri tercinta ini.
Menang Ojo Umuk, Kalah Ojo Ngamuk
Dan sesungguhnya bukan Jokowi atau Prabowo yang memenangkan kompetisi ini, tetapi KITA, RAKYAT INDONESIA yang mau mengakui kekalahan atau menjalani kemenangan dengan merangkul semua elemen bangsa untuk bersama-sama membangun negeri tercinta ini.
Menang Ojo Umuk, Kalah Ojo Ngamuk
No comments:
Post a Comment