Saturday, 22 October 2011

Menghitung Infiltrasi air hujan di Hulu Sungai Putih di Kaki Merapi

Menghadapi musim hujan di lereng Merapi berbagai cara dilakukan untuk mengetahui apa dan bagaimana banjir lahar dingin mendatang, termasuk melakukan berbagai penelitian baik dilakukan oleh ilmuwan dari Indonesia dan dari luar negeri.
Gunung Merapi adalah salah satu gunung paling aktiv di dunia, memang menarik untuk dipelajari dan diteliti, bahkan telah banyak ilmuwan dari seluruh penjuru dunia pernah melakukan penelitian di Merapi.
DR. Gonda adalah salah satunya, seorang ilmuwan bidang Pertanian dari Jepang ini tertarik untuk meneliti pengaruh erupsi merapi terhadap pertanian, terutama dengan adanya DAM yang banyak dibangun oleh Pemerintah dengan bantuan Jepang.
Menyusuri Sungai Putih dimulai dari PUD5 (Cek DAM paling atas di Sungai Putih) DR. Gonda  sangat serius mempelajari kondisi material merapi yang terbentang luas, sample-sample dikumpulkan untuk dibawa ke laboratorium. 

perbedaan orang jepang dengan orang indonesia, antara serius dan guyon (Mr. GOnda dan Pongky)


Pengukuran menggunakan Infiltrometer, nampak Herculles (ESDM Magelang) dan Mr. Gonda


ternyata aku masih kalah tinggi dengan Mr. Gonda, hiks.....


Pengukuran infiltrasi di bekas penambangan milik Lukas, bekas penambangan paling atas di kaki Merapi di bantaran Kali Sat Utara yang merupakan salah satu hulu Sungai Putih

Dengan alat Infitrometer menunjukkan bahwa infiltrasi air hujan ke dalam tanah untuk wilayah lereng Merapi (hulu Sungai Putih) besaran kecepatan infiltrasi 2mm/30detik - 6mm/30detik hal ini menunjukkan bahwa kecepatan resapan air hujan ke dalam tanah relatif kecil. Dengan curah hujan 20mm bisa kita artikan bahwa run off yang terjadi adalah 14 mm - 18 mm. Apabila kita hitung 14 x luas x durasi hujan maka jumlah air hujan yang mengalir diatas permukaan sebagai media pengangkut endapan material lahar dingin akan mempunyai volume yang cukup besar.
Jadi bisa disimpulkan bahwa prosentase air hujan yang turun teresap ke dalam tanah sekitar 15 persen dan 85 persen akan mengalir ke permukaan.

kondisi Sungai Sat Utara yang curam dan dalam dan penuh dengan material, siap meluncur ke hilir terbawa air hujan.

salah satu tebing di Sungai Sat Utara, lumayan tinggi diperkirakan mencapai 80meter tingginya

Dengan kondisi material saat ini yang masih cukup besar, dengan curah hujan yang lebat dan durasi yang cukup lama, bencana lahar dingin masih sangat mengancam warga di sepanjang bantaran Sungai Putih. 
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mr. Gonda bisa juga dipakai sebagai gambaran bagaimana musim hujan mendatang akan menghasilkan banjir lahar dingin walaupun tujuan penelitian untuk pertanian.

rekomendasi kepada warga merapi agar selalu waspada dan waspada......

Ikut dalam Tim :
DR. Gonda dari Jepang
Mas Aris dari KOMDEV UGM Yogyakarta
Pongky dan Herkulles dari ESDM Kab. Magelang
Dayun dari Relawan OPRB Desa Jumoyo Salam Magelang






No comments:

Post a Comment