Ancaman bencana sekunder pasca erupsi Merapi masih menghantui warga yang bermukim di bantaran-bantaran sungai yang berhulu di Merapi. Barak-barak pengungsian masih saja sesak oleh para pengungsi yang berasal dari dusun-dusun yang tertimbun material Merapi.
Setelah sekian lama menghuni selter (tenda) para pengungsi sekarang mulai bisa menempati huntara (rumah hunian sementara) sehingga diharapkan mereka bisa kembali menata kehidupan seperti sebelum terkena banjir lahar dingin walaupun sifatnya sementara. Mereka bisa masak sendiri, tanpa menggantungkan dapur umum pos pengungsian seperti ketika masih di selter.
Organisasi Pengurangan Resiko Bencana (OPRB) Desa Jumoyo dibentuk untuk membantu Pemerintahan Desa Jumoyo dalam hal pengurangan resiko bencana. OPRB ini beranggotakan Pamong Desa Jumoyo, Pemuda, PNS dan swasta, mereka tidak hanya dari intern masyarakat Jumoyo tetapi juga berasal dari luar Desa Jumoyo.
huntara di Lapangan Jumoyo Salam Magelang, dihuni warga dusun Gempol Jumoyo yang dusun mereka kena terjangan lahar dingin beberapa waktu lalu
pembongkaran shelter yang dilakukan oleh OPRB Desa Jumoyo, GP.Anshor di Lapangan Desa Jumoyo Kec.Salam Kab. Magelang pada Minggu, 17 April 2011
Salah satu kegiatan OPRB Jumoyo adalah pemantauan sungai Putih, disaat mendung menggelayut mereka akan segera bergegas menuju titik pantau yang sudah disepakati untuk melaporkan cuaca dan kondisi disekitar titik pantau tersebut. gambar disamping adalah operator Bagor yang bertugas di Jurangjero, titik teratas pemantauan sungai Putih.
Huntara siap huni, lengkap dengan MCK, korban banjir lahar dingin dapat memulai menata kehidupan dihuntara, walaupun sifatnya masih sementara
Relawan Desa Jumoyo yang tergabung dalam OPRB Desa Jumoyo diharapkan kesiapsiagaan dalam membantu masyarakat yang terancam bencana, seperti sekarang ini adalah ancaman bencana banjir lahar dingin yang entah sampai kapan akan berakhir, karena material yang berada di merapi masih banyak dan diperkirakan tidak habis dalam 3 musim hujan.