Saturday, 15 February 2014

Potensi Banjir Lahar Dingin Merapi Pasca Erupsi Gunung Kelud

Letusan Gunung Kelud 13 Februari 2014 melontarkan material abu vulkanik sedemikan jauh hingga Jawa Barat, di Provinsi Jawa Tengah yang terguyur abu vulkanik gunung Kelud meliputi Magelang, Boyolali, Purworejo hingga Cilacap dengan ketebalan bervariasi antara 0,5 hingga 1 cm tak terkecuali lereng Gunung Merapi. 

Dengan adanya abu vulkanik yang menyelimuti lereng Merapi mengingatkan kembali akan erupsi Gunung Merapi beberapa tahun silam tepatnya Oktober 2010 dan pasca letusan Merapi, banjir lahar dingin yang di picu oleh abu vuilkanik menyebabkan beberapa cek DAM jebol dan mengubur dusun Gempol desa Jumoyo dan Desa Sirahan. 

Potensi banjir lahar dingin akan terjadi lagi manakala adanya abu vulkanik, karena sifat abu vulkanik adalah sebagai pelicin bagi material-material ikutan. Kolaborasi air hujan dan abu vulkanik akan mampu menghanyutkan pasir dan batu-batuan yang berukuran besar. Abu vulkanik menyelimuti lereng Merapi akibat letusan Gunung Kelud dapat berpotensi menjadi pemicu banjir lahar dingin walaupun tidak sehebat banjir lahar erupsi gunung Merapi karena untuk saat ini material yang ada di sepanjang sungai yang berhulu di Merapi cenderung sudah habis. Belum lagi kubangan-kubangan dalam di alur sungai akibat penambangan menggunakan alat berat yang bisa berfungsi sebagai rem aliran material lahar dingin. Walaupun demikian, potensi tersebut harus tetap di waspadai jika terjadi hujan dengan curah hujan yang tinggi dan berlangsung lama. Kalau hal ini terjadi, banjir lahar dingin dahsyat tetap dapat terjadi karena jumlah kubangan tidak  sebanding dengan material sisa penambangan yang berupa blanthak dan saat ini  tumpukan blanthak berserakan di semua alur sungai yang berhulu di Merapi. Disisi lain tanggul dan bronjong yang dibuat BBWS banyak yang di "gogosi" oleh penambang, bahkan untuk tanggul campuran pasir dan blanthak rata-rata sudah di tambang habis oleh penambang alat berat, hal ini tentunya dapat memperparah keadaan apabila terjadi banjir lahar dingin pasca letusan gunung Kelud.

Salah satu kondisi alur sungai berhulu di Gunung Merapi  yaitu sungai Senowo di Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang, tumpukan blanthak. di alur sungai dapat menjadi mematikan jika hanyut bersama abu vulkanik
Penggogosan oleh penambang alat berat tidak hanya tanggul namun juga tebing-tebing alami juga ikut di gempur untuk diangkut materialnya seperti yang terjadi di sungai Senowo.

Friday, 14 February 2014

Hujan Abu Gunung Kelud Menyambangi Merapi

Mungkin ibarat saudara, si Gunung Kelud lagi punya gawe, dia tak melupakan saudaranya si Gunung Merapi, atau ibarat dua pendekar bersahabat, si Kelud mengirim pesan kepada Merapi bahwa si Kelud sedang menjajal ilmu kesaktiannya dengan mengirimkan hasil hantaman ilmunya yaitu berupa abu vulkanik ke Merapi. Ya.. sejak menjelang subuh hujan abu vulkanik letusan Gunung Kelud menghujani lereng Merapi dan baru berhenti sekitar pukul 09.00 pagi, ketebalan abu vulkanik 0,5-1cm di Wilayah Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang. 

Hujan abu kiriman Gunung Kelud mengingatkan warga Merapi pada Oktober 2010, walaupun suasananya tidak mencekam namun hal itu membuat aktivitas warga agak sedikit tergannggu. Sekolah diliburkan, Pasar menjadi sepi, kendaraan menjadi sepi di jumat pagi ini, padahal biasanya jalanan ramai anak sekolah, para pegawai berangkat kerja, namun yang terlihat hanya beberapa truk pengangkut pasir yang lewat. Mataharipun tidak menampakkan diri dari pagi sampai dengan sore karena terhalang kabut yang bercampir dengan abu vulkanik si Kelud.

Thursday, 13 February 2014

Emas Hitam Merapi

Pasir Merapi atau sering disebut Emas Hitam Merapi merupakan material bahan galian non logam berasal dari Gunung Merapi. Material ini banyak dibutuhkan untuk keperluan bahan bangunan dan untuk Jawa Tengah merupakan pasir terbaik sebagai bahan bangunan. Tak kurang dari 800 armada truk tiap hari mengambil pasir Merapi baik ada ijin maupun tidak ada ijin penambangan.
Sampai dengan saat ini penambangan pasir Merapi tepatnya di wilayah Kabupaten Magelang rata-rata sudah naik di zona transportasi (istilah zona aliran lahar dingin di sungai yang berhulu di Gunung Merapi), karena di zona hilir material pasir sudah habis. Hal ini berarti penambangan di Merapi sudah kembali seperti sebelum pasca erupsi Merapi. Sungai-sungai yang marak penambangan adalah Sungai Pabelan, Sungai Senowo, Sungai Lamat, Sungai Putih, dan Sungai Bebeng, disamping juga areal persawahan milik warga seperti di Desa Keningar Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang.

Salah satu aktivitas tambang di sungai Senowo Kecamatan Dukun, penambangan membabat tebing sisi timur menggunakan alat berat.
 Gambar diatas membuat kita prihatin dengan aktivitas penambangan yang kurang memperhatikan lingkungan, alat berat di tebing tersebut "nglangsir" material pasir dari tebing ke sungai, alat berat akan turun ke sungai jika jumlah langsiran pasir sudah menumpuk di bawah kemudian dimasukan ke truk pengangkut, dan setelah tumpukan pasir di sungai habis alat berat akan naik lagi ke tebing untuk mengeruk tebing lagi.