Thursday, 18 August 2011

Excavator Beraksi, Pertambangan Rakyat merana


Penanganan lahar dingin di alur sungai di wilayah Kabupaten Magelang nampaknya kurang berjalan dengan mulus sesuai peraturan yang berlaku. Material galian C yang menumpuk di sepanjang alur sungai yang berhulu di Gunung Merapi memang bisa mendatangkan ratusan juta rupiah dalam waktu yang tidak lama, dan hal itu membuat para pengusaha tambang nekat melakukan penambangan ilegal dengan menggunakan alat berat (excavator), padahal yang diizinkan melakukan penambangan di alur sungai tersebut hanya untuk pertambangan rakyat (IPR) dan hanya menggunakan peralatan manual bukan alat berat.

lokasi: sungai putih di dusun nabin desa gulon kab. magelang


lokasi: dusun Pendem desa Jumoyo kab. Magelang 


lokasi: sungai putih, BongCino dusun Prebutan Gulon Salam Magelang 

Hal itu mengingat penggunaan alat berat (backhoe) di sungai untuk kegiatan penambangan dapat merusak alur sungai dan membahayakan pemukiman di sekitar sungai apabila musim penghujan datang.
Dengan alasan normalisasi para pemilik alat berat nekat melakukan penambangan ilegal, malah sekarang tanggul yang dibuat oleh BNPB mulai di keruk dengan alasan tanggul berada di atas lahan pertanian penduduk, karena terdesak kebutuhan tanggul yang merupakan pasir tersebut dijual oleh pemilik lahan bekerjasama dengan pemilik alat berat, padahal tanggul tersebut merupakan pengaman bagi aliran banjir. Dan jika di keruk tentunya aliran banjir lahar dingin bisa meluber dan menerjang pemukiman di sekitarnya.
Disinyalir keberadaan alat berat yang tanpa rasa takut dan bersalah tetap melakukan penambangan karena ada keterlibatan pejabat Magelang, karena setiap kali warga melapor tentang beroperasinya alat berat untuk penambangan tidak pernah ada tindak lanjut dari Pemkab. Magelang, sehingga alat berat makin bebas melakukan penambangan ilegal dan Pemkab. Magelang seolah mengesampingkan program yang pernah di gembar-gemborkan, bahwa tidak boleh ada alat berat melakukan penambangan di alur sungai dan hanya Ijin Pertambangan Rakyat yang di keluarkan dengan peralatan manual.
Tapi seperti itulah kenyataannya, sebagai rakyat kecil hanya bisa menyaksikan dan meratapi nasib di masa paceklik, sambil menunggu kebun-kebun salak berbuah satu atau dua tahun mendatang.

Monday, 1 August 2011

Expedisi Merapi ala Relawan

Hari ini Sabtu, 30 Juli 2011 seperti yang telah direncanakan sebelumnya, Tim Expedisi Relawan OPRB Desa Jumoyo yang terdiri dari 3 personil akan menyusuri Sungai Putih di bagian hulu, tepatnya di atas PUD5. sungai Putih di jurangjero Wilayah Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang.
Expedisi kali ini merupakan kelanjutan expedisi minggu lalu yang mengambil rute dari Sungai Bebeng – Sungai Batang - Sungai Putih, namun karena keterbatasan peralatan sehingga tidak bisa menembus daerah yang dituju karena banyak peserta yang menggunakan sepeda motor bebek.

hla motor macam begini buat offroad menembus hutan dan sungai?? walah...kasian motornya bro... 
 
Salah satu tanggul pengendali banjir di hulu Sungai Putih tepanya di PUD5 Jurangjero, hampir jebol karena terhantam banjir lahar dingin terus-menerus, di sebelah atasnya tanggul juga sudah jebol.



Tepat pukul 08.00 WIB kami bertiga berangkat menggunakan 2 sepeda motor langsung menuju Jurangjero yang masih wilayah Kecamatan Srumbung, dari daerah tersebut kami memilih melewati rute alur Sungai Putih di pintu Dam PUD5.


Alur baru anakan sungai yang berhulu di bekas areal pertambangan Cakra (diatas Jurangjero), merupakan salah satu jalur penyuplai aliran material ketika banjir lahar dingin.

dua orang relawan OPRB Desa Jumoyo (Gundul dan Bagor) sedang beristirahat sambil mengamati kondisi material erupsi 2010 yang berpotensi menjadi banjir lahar dingin.
dengan ketinggian, pancaran radio panggil (HT) menjadi lebih luas, terlihat Tim Expedisi sedang berkomunikasi dengan induk yang berada di Mabes untuk melaporkan kondisi di Merapi, tampak di gambar adalah lokasi petak 36( lokasi eks penambangan galian C)

Tim expedisi berdiri di tepian hulu sungai Putih selatan/lama, material cukup tebal memenuhi lobang-lobang bekas penggalian pertambangan pasir di lokasi Cakra.

Karena tujuan expedisi adalah mengetahui kandungan material hujan erupsi merapi 2010 di sisi timur sungai Putih maka kami harus mencari celah aliran yang turun dari arah timur sungai sehingga bisa dilalui.
Kondisi di sisi timur sungai adalah areal bekas penambangan pasir menggunakan alat berat sekitar tahun 2000 an, sehingga masih nampak bekas-bekas kerusakan lingkungan yang sangat mengkhawatirkan terjadinya erosi, apalagi material abu vulakanik erupsi  masih sangat tebal dan labil, sehingga kalau terjadi hujan lebat akan terbawa air dan membawa material lain hanyut ke sungai Putih.

tebing curam banyak ditemui di alur hulu Sungai Putih, batuan besar berukuran puluhan meter menyangga material lain sehingga tidak longsor, nampak dua orang relawan berdiri diatas batuan besar disisi tebing yang curam

dasar alur Sungai Sat bagian timur, alur ini berhulu di daerah Cakra

 
pertemuan sungai di hulu Sungai Putih di sekitar Kandang Macan 

Kondisi dasar sungai Putih di bagian hulu, penuh dengan tumpukan material yang siap hanyut terbawa banjir lahar dingin, sementara longsoran-longsoran terus terjadi hampir setiap menit sehingga material terus menumpuk, apabila terjadi hujan dengan intensitas tinggi dan waktu yang lama maka dapat terjadi banjir besar dan akan memporak-porandakan apa saja di sepanjang aliran sungai Putih.

dengan kondisi yang kemarau cukup panjang, masih bisa ditemukan air di dasar sungai Putih di bagian hulu, bisa langssung diminum bro..., tapi yaaaah karena air persediaan habiiiisss... hahahaha...


hanya motor-motor seperti ini yang mampu menembus kerasnya medan di Merapi

Menyusuri dasar sungai Putih di bawah lokasi Cakra

 


 Tujuan kami adalah mengetahui kondisi material yang diperkirakan akan hanyut terbawa air hujan sampai ke bawah/ lahar dingin, karena dengan mengetahuinya maka akan menjadi lebih siap menghadapi kondisi banjir lahar dingin di musim hujan mendatang. Mudah-mudahan dari material yang masih berjuta-juta meter kubik erupsi 2010 tidak menghasilkan banjir lahar dingin yang besar, sehingga masyarakat bisa tenang memulihkan kondisi pasca erupsi yang sampai dengan saat ini masih mengalami masa paceklik.