Thursday 15 September 2016

Membuat Peta Kontur Sungai

Membuat peta kontur yang data-datanya didapatkan dari hasil survey ternyata gampang-gampang susah, apalagi peralatannya hanya menggunakan GPS tangan yang keakuratannya jauh jika dibandingkan GPS model Leica, itupun tanpa menggunakan Theodolite, tentunya hasil yang didapat hanya menggunakan ilmu kira-kira saja.
Tetapi tidak menjadi masalah, tak ada rotan akar pun jadi daripada ilmu ga diasah maka lama-kelamaan akan tumpul. Ok.. kali ini saya akan share pengalaman ketika di tugasi oleh atasan untuk menggambar peta situasi di salah satu sungai di lereng Gunung Merapi, dimana nantinya peta tersebut akan digunakan sebagai bahan rapat di tempat saya bekerja. Berhubung perintah harus dilaksanakan, maka apapun yang terjadi saya berangkat dengan hanya berbekal sketsa lokasi dan GPS tangan. Saya bersama dua orang teman yang masing-masing akan mempunyai tugas sendiri-sendiri, satu orang menyisir dari tengah sungai dan akan membuat sketsa sungai beserta ukurannya, sementara dua orang lainya tracking di sisi kanan dan kiri sungai Titik start dari hulu dan finish di bagian hilir. Yang bertugas membuat sketsa akan menjadi leader, karena yang berada di kanan kiri sungai juga bertugas sebagai titik pathok.


lokasi survey di tampilkan di mapinfo
Hasil survey adalah berupa sketsa potongan melintang dan titik koordinat kanan kiri sungai, nah hasil ini nanti akan di proses menjadi kontur. Pertama kita akan menggambar potongan melintang menggunakan AutoChad lengkap beserta ukurannya, nah ukuran-ukuran ini yang akan di jadikan dasar membuat peta kontur.

gambar potongan melintang
Pertama kita cetak potongan melintang tersebut, kemudian melakukan digitasi di Mapinfo, ingat setiap potongan melintang sesuai dengan koordinat yang kita peroleh waktu survey lapangan. Hasil digitasi kita catat dan di ketik menggunakan Ms-Excell dengan susunan XYZ dimana X koordinat bujur, Y koordinat lintang dan Z adalah elevasi.
Proses ini akan sangat melelahkan dan membuat mata menjadi "jemblek" karena yang kita catat dan ketik mencapai ratusan titik bahkan ribuat titik. Setelah selesai, saatnya kita proses menjadi kontur. prosesnya pernah saya posting  disini 

Data koordinat yang didapat dari gambar potongan dan peta lokasi di mapinfo

         
kemudian di masukkan di Ms Excell

 kontur akan semakin bagus apabila jarak antar potongan melintang tidak terlalu jauh. Setelah proses input data di excell selesai, dilanjutkan membuat kontur. Dalam konturing ada beberapa aplikasi pembuat kontur di antaranya Autochad Land Desktop dan Surfer yang sudah cukup familiar. Kali ini saya akan menggunakan Surfer karena lebih simpel dan mudah pengoperasian.

hasil konturing dalam 3 dimensi

hasil kontur yang akan kita export ke Mapinfo

Untuk membuat laporan hasil survey, kontur yang telah kita buat menggunakan Surfer di eksport menjadi file berextensi *.shp, agar dapat digabungkan dengan peta dasar lokasi. Software pengolahnya dapat menggunakan ArcGis, tetapi karena saya lebih familiar menggunakan mapinfo, maka untuk ArcGis tidak saya gunakan.

kontur di overlay dengan peta dasar lokasi pada Mapinfo
Walaupun hanya mengandalkan peralatan sangat sederhana, namun hasilnya cukup mendekati realita lokasi. Demikian mudah-mudahan bermanfaat.

Thursday 8 September 2016

Cara Mengatasi Baterai Li-ion Yang Tidak Mau Charger

Beberapa hari yang lalu saya meminjam HT merk Icom Ic-V85 untuk dipakai komunikasi pada pengukuran lahan, karena lokasi yang berbukit-bukit maka memang diperlukan HT. Menggunakan HT ini baru pertama kali, maklum biasanya pake HT yang berusia tua. 
Ic-V85 ini bentuknya kompak, pas dalam genggaman dan ringan, pancaran bagus, recieve standart saja, cuman sayangnya layarnya kecil hal ini membuat textnya juga kecil, bahkan untuk kode sinyal dan kode lainnya sangat kecil hingga sepintas sulit terlihat, yang lebih disayangkan adalah tampilan baterai ternyata tidak ada.

layar kecil (gambar diambil dari http://icomamerica.com/en/products/amateur/handheld/v85/specifications.aspx )

HT saya pergunakan seharian, untuk komunikasi dan standby, hingga sore menjelang pulang dari kerja HT saya matikan. Sampai dirumah iseng-iseng coba saya hidupkan sekalian untuk cek kondisi HT sebelum saya kembalikan ke pemiliknya, saya kaget dan heran, HT tidak mau hidup. Waduh.... keringetan tubuhku trus ku ingat-ingat lagi sepertinya tidak ada yang salah selama saya pakai. Saya cek sana-sini, dari copot baterai hingga coba charger selama beberapa jam, tetap tidak mau hidup. 

Baterai icom ic v85 nampak dari belakang, yang di beri tanda panah tempat saya menempelkan kabel dari adaptor

Iseng-iseng saya charger langsung ke baterainya (baterai dilepas dari HT) dengan menggunakan Adaptor 3 ampere dengan 7,5 volt (maksimal output baterai yaitu 7,2volt), caranya dengan menempelkan kabel output dari adaptor ke baterai plus dapat plus, minus dapat minus, ini saya lakukan sekitar 5 menit, kemudian saya lepas dan pasang kembali baterai ke HT, saya tekan tombol power dan... tululit... HT hidup kembali... horrreeee... senangnya hatiku.... legaaa... akhirnya ora sido ngijoli HT, hargane muahal. Setelah itu HT di charger selama 2 jam menggunakan charger bawaan HT, kemudian di cek-cek lagi, dimatikan dihidupkan, di pakai ngebrik beberapa saat dan tidak drop yang artinya sudah normal kembali. eiit... segera di kembalikan ke pemiliknya.. takut kehabisan tegangan baterai karena tidak akan tau kapan baterai habis.

Kalau menurut saya, HT ini bagus, power besar 7 watt, baterai tahan lama untuk standby, bentuk kompak enak di genggam, speaker midle treble, suara kita waktu transmit bagus khas icom namun sayangnya indikator baterai tidak tampil di layar.